13 hati yang mati dalam Alquran

Mengapa para ulama mendifinisikan hati mati dalam Al Quran

Karena AlQur'an merupakan tuntunan Hidup umat Muslim Dunia .
Namun pahami pula Beda Hati dan Qalbumu

Maka setelah itu Anda akan tahu hati itu mudah terbolak balik sesuai sifat manusia yang terkadang Imannya naik turun bahkan Adakah yang tak beriman .

Sekarang kita memaknai Hati yang Mati







1. Berani meninggalkan sholat ”Tarkush sholah”.

Hati yang telah mati tidak akan mengingat Allah sehingga akan berani meninggalkan sholat yang wajib hukumnya. Hati yang berani meninggalkan sholat akan merasa tenang-tenang saja ketika meninggalkan sholat.

Padahal perintah untuk wajib untuk melakukan sholat telah tertuang dalam Al Qur’an yaitu:



Dalam QS. Al Baqarah ayat 277:

(إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (٢٧٧

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) bersedih hati. “

Perintah sholat itu wajib, juga tertuang dalam QS. An-Nisa ayat 103 yaitu: فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا ١٠٣

Artinya: “Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”


Bacalah ;



 2. Tidak tersentuh hatinya bahkan menjauhi ayat-ayat Al-Qur’an “Karhul Qur’an”.

 Hati yang telah mati, ketika disampaikan nasehat dan ancaman Allah ia tidak akan tersentuh hatinya. Dia juga tidak akan terpengaruh, tidak mendengar, lalai membaca Al-Qur’an sehingga berpaling dari Al Qur’an. Padahal AL-Qur’an adalah sebenar-benarnya petunjuk dari Allah untuk menjalani kehidupan dunia dan akhirat.

Dalam QS. Muhammad: 24 yaitu: أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

Artinya: “Maka apakah mereka tidak memper-hatikan Al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci.” (QS. Muhammad:24)

 3. Sibuknya mengumpat, fitnah, dan berburuk sangka “Asikhru”. Berbicara itu mudah, yang berat adalah mempertanggungjawabkan apa yang telah keluar dari mulut kita.

Sebenarnya apa yang keluar dari mulut kita menunjukkan siapa diri kita sebenarnya.

Perkataan yang buruk menunjukkan keburukan kita sendiri dari pada orang yang kita hina. Sedangkan eprkataan yang baik adalah pembuktian kemusliman seseorang.

 Hendaknya kita dapat memastikan apa yang keluar dari mulut kita adalah perkataan yang baik-baik dan bermanfaat. Sibuknya mengumpat, memfitnah, dan berburuk sangka perlahan-lahan akan menutupi hati dan membuatnya mati.

Berdasarkan Al-Qur’an dalam surat Al-Hujuraat ayat 6 yang berkaitan dengan larangan berburuk sangka dan menggunjing berbunyi sebagai berikut :

(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (٦ 
 Artinya : 

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.

Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Hujuraat ayat 11 yang berbunyi sebagai berikut :

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا يَسْخَرْ قَومٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلا تَنَابَزُوا بِالألْقَابِ بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (١١

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan

janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.

Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.

 Hal juga sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Hujuraat ayat 12 yang berbunyi sebagai berikut :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ (١٢

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.

Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?

Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. Dalam Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Israa ayat 36 yang berbunyi sebagai berikut:

 (وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا (٣٦ 
 Artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. 

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya”. 

 Dalam Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Fath ayat 12 yang berbunyi sebagai berikut:

بَلْ ظَنَنْتُمْ أَنْ لَنْ يَنْقَلِبَ الرَّسُولُ وَالْمُؤْمِنُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ أَبَدًا وَزُيِّنَ ذَلِكَ فِي قُلُوبِكُمْ وَظَنَنْتُمْ ظَنَّ السَّوْءِ وَكُنْتُمْ قَوْمًا بُورًا (١٢

Artinya : "Bahkan (semula) kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin sekali-kali tidak akan kembali lagi kepada keluarga mereka selamanya,
dan dijadikan terasa indah yang demikian itu di dalam hatimu, dan kamu telah berprasangka dengan prasangka yang buruk, karena itu kamu menjadi kaum yang binasa." 

Dalam Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Qalam ayat 10 - 11 yang berbunyi sebagai berikut:

 وَلا تُطِعْ كُلَّ حَلافٍ مَهِينٍ (١٠) هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (١١ 

 Artinya : “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina. Yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah”. Hal ini juga sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Humazah ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut:

وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ (١ 

Artinya : “Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela”.

 4. Terus menerus berbuat maksiat. “Hubbul ma’asyi”. Lalai sungguh merupakan penyakit yang berbahaya, ketika ia sudah menjalar dalam hati dan bersarang dalam jiwa manusia

maka ia akan menutup hati seorang hamba dan menjadikan anggota badan saling mendukung untuk menutup datangnya hidayah, sehingga hati akan terkunci rapat.

Hati yang terkunci rapat akan selalu dapat berbuat maksiat. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

(أُولَئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (108 

Artinya: “Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai” (QS. An-Nahl:108)


 5. Tenang tanpa merasa berdosa padahal sedang melakukan dosa besar.

 “Adzdzanbu bil farhi”. Tenangnya orang yang sedang berbuat dosa dan maksiat itu karena hatinta tidak lagi merasakan jeleknya perbuatan dosa yang dilakukan.

Sehingga dosa yang dikerjakan menjadi suatu kebiasaan baginya. Lebih parah lagi dia tidak akan peduli dengan pandangan Allah dan Rasul dan dia tidak akan malu pada manusia serta mengacuhkannya.
Dia akan bangga terhadap maksiat yang dilakukannya.

 Jika sudah seperti ini dia tidak akan dimaafkan. Sebagaimana berita dari Rasulullah :

كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلاَّ الْـمُجَاهِرِيْنَ، وَإِنَّ مِنَ الْـمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَََّيْلِ عَمَلاً ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللهُ عَلَيْهِ فيَقُوْلُ: يَا فُلاَنُ، عَمِلْتُ الْبَارِحَة كَذَا وَكَذَا. وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ، وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللهِ عَنْهُ “

Setiap umatku akan dimaafkan kesalahan/dosanya kecuali orang-orang yang berbuat dosa dengan terang-terangan.

Dan termasuk berbuat dosa dengan terang-terangan adalah seseorang melakukan suatu dosa di waktu malam dan Allah menutup perbuatan jelek yang dilakukannya tersebut namun di pagi harinya ia berkata pada orang lain,

 “Wahai Fulan, tadi malam aku telah melakukan perbuatan ini dan itu.” Padahal ia telah bermalam dalam keadaan Tuhannya menutupi kejelekan yang diperbuatnya.

Namun saat pagi hari menyingkap sendiri tutupan (tabir) Allah yang menutupi dirinya.” (HR. Al-Bukhari no. 6069 dan Muslim no. 7410)

Bila dosa telah menumpuk, hatipun akan tertutup dan mati, hingga ia termasuk orang-orang yang lalai.


Allah berfirman:

 كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوْبِهِمْ مَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Artinya: “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (Al-Muthaffifin: 14)

 6. Sangat benci dengan nasihat baik dan para ulama

“Ghodbul ulamai”. Orang yang telah tertutup hatinya akan memiliki hati yang membatu, hatinya keras dan tidak mempan dengan berbagai macam nasehat. Ia juga sangat membenci nasihat-nasihat baik dan para ulama.

Hati dan anggota tubuhnya sudah tidak bisa menerima kebenaran.
Ia mempunyai mata namun untuk melihat yang maksiat dan tidak melihat kebenaran.

Mereka punya telinga, namun tidak untuk mendengar kebaikan apalagi mendengar kitabullah serta mereka hanya mendengarkan kebatilan.

 وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (١٧٩

Artinya: “ Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia.

Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).

Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi.
 Mereka itulah orang-orang yang lengah.” (QS. Al-A’raf ayat 179)

7. Gilanya pada dunia tanpa peduli dosa “Himmatuhul bathni”.

Sesungguhnya hidup didunia hanyalah sementara. Namun bagi hati yang telah mati, hidup didunia adalah selamanya.

Ia tidak akan merasakan bahwa kematian sedang setiap detik sedang mengejarnya. 

Tanpa peduli juga akan dosa-dosa yang telah ia lakukan.

Dia telah terlena pada dunia yang fana dan terlalu mendewakan apa yang ia dapatkan didunia. Firman Allah SWT :

 وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلا تَعْقِلُونَ (٣٢ 

maksudnya : "Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa.

Maka tidakkah kamu memahaminya?" (Surah Al-An'Am ayat 32) Firman Allah SWT juga dalam al-Quran :

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الإنْسِ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ الإنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ (١٢٨)وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (١٢٩

Artinya : "Dan kawan-kawan mereka dari golongan manusia berkata; 'Ya Tuhan, kami telah saling mendapatkan kesenangan, dan sekarang waktu yang telah Engkau tentukan buat kami telah datang.' Allah berfirman.

'Nerakalah tempat kamu selama-lamanya, kecuali jika Allah menghendaki lain.'

Sesungguhnya, Tuhanmu Maha Bijaksana, Maha Mengetahui. Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan”. (Surah al-An’aam ayat 128-129).

Allah SWT juga berfirman: تِلْكَ الدَّارُ الآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الأرْضِ وَلا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ (٨٣

maksudnya : “Kebahagiaan di kampung akhirat itu Kami sediakan hanya bagi mereka yang tidak suka menyombongkan diri dan melakukan kerosakan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa”. (Surah al-Qashash ayat 83).

8.  Senang melihat orang susah dan menderita “Anaaniyyun”.

Hasud ( dengki ) adalah sikap batin tidak senang terhadap kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkannya dari orang tersebut. Rasululloh s.a.w. bersabda :

 ﺩَﺏﱠﺇِﻟَﻴْﻜُﻢْﺩَﺍۤﺀُﭐْﻷُﻣَﻢِﻗَﺒْﻠَﻜُﻢْﺑَﻐْﻀَﺎﺀُﻭَﺣَﺴَﺪٌﻫِﻲَﺣَﺎﻟِﻘَﺔُﭐﻟﺪﱢﻳْﻦِﻻَﺣَﺎﻟِﻘَﺔُﭐﻟﺸﱠﻌْﺮ( ﺭَﻭَﺍﻩُﺃَﺣْﻤَﺪُﻭَﭐﻟﺘﱢﺮْﻣِﺬِﻱﱡ ) 

 Artinya : “Telah masuk ke dalam tubuhmu penyakit-penyakit umat terdahulu (yaitu) benci dan dengki, itulah yang membinasakan agama, bukan dengki mencukur rambut”. (H.R. Ahmad dan Tirmidzi)

 9.  Tidak ada rasa takut akan peringatan kematian, kuburan, dan akhirat “Qolbul hajari”.

 Hati yang telah mati tidak akan merasa takut walaupun telah ada peringatan tentang kematian, azab kubur, dan azab di akherat nanti.

Sungguh hati yang telah mati, tidak akan melihat peringatan-peringatan tersebut. Hati yang tidak memiliki rasa takuts edikitpun akan peringatan-peringatan itu akan menyesal dikemudian hari.

 Allah berfirman dalam QS. As-Sajdah / 32:12 yaitu:

 وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ 

 Artinya: "Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata), “Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin." (As-Sajdah/32:

10 .Tidak pernah bersyukur kepada Allah ”Kufur Nikmat”. Ketika hati telah mati, jelas sulit untuk bersyukur pada Allah barang sedetikpun.

Hati yang telah mati akan senantiasa mengeluh dan mengeluh. Ia tidak akan pernah merasa cukup karena tidak pernah ia bersyukur.

Kufur lah nikmatnya dan tidak tenanglah hatinya. Melimpahnya harta dan tingginya jabatan tidak pula membuatnya cukup. Maka Allah telah mencabut kenikmatan yang seharusnya ia dapatkan.

Bersyukur merupakan perintah Allah Ta’ala. Dalam QS. Al-Baqarah: 152 Allah berfirman bahwa:

 فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

Artinya: “Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian kufur.” (QS. Al Baqarah: 152) Pada ayat tersebut Allah memerintahkan khusus untuk bersyukur atas nikmat-Nya.

Sedangkan dalam QS. Adh Dhuha: 11 Allah cinta kepada hamba-hamba-Nya yang senantiasa memuji Allah Ta’ala: وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

Artinya: “Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”.

(QS. Adh Dhuha: 11) Lain dalam QS. Ali Imran bahwa Allah akan memberikan balasan kepada orang yang bersyukur sebagaimana firman Allah Ta’ala

sebagai berikut:
 وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ 

 Artinya: “Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (QS. Ali Imran: 145) Begitu pula Allah berfirman dalam QS. Ibrahim: 7 sebagai berikut:

 وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ 

 Artinya: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan: jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmatKu) maka sesungguhnya adzabku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7).

Itulah makna dari ;
13 Tanda- tanda Hati yang Mati .
Semoga kita tidak memiliki hati yang mati yang ditunjukkan dengan beberapa tanda diatas simpanlah sebagai pedoman Memaknai Spiritual


  1. Tarkush sholah : Berani meninggalkan sholat fardhu.
  2. Adzdzanbu bil farhi : Tenang tanpa merasa berdosa padahal sedang melakukan dosa besar
  3. Karhul Qur'an : Tidak mau membaca Al-Qur'an.
  4. Hubbul ma'asyi : Terus menerus maksiat.
  5. Asikhru : Sibuknya hanya mempergunjing dan buruk sangka, serta merasa dirinya selalu lebih suci.
  6. Ghodbul ulamai : Sangat benci dengan nasehat baik dan ulama.
  7. Qolbul hajari : Tidak ada rasa takut akan peringatan kematian, kuburan dan akhirat. 
  8.  Himmatuhul bathni : Gilanya pada dunia tanpa peduli halal haram yang penting kaya.
  9. Anaaniyyun : tidak mau tau, "cuek" atau masa bodoh keadaan orang lain, bahkan pada keluarganya sendiri sekalipun menderita. 
  10. Al intiqoom : Pendendam hebat.
  11. Albukhlu : sangat pelit. 
  12.  Ghodhbaanun : cepat marah karena keangkuhan dan dengki. 
  13. Asysyirku : syirik dan percaya sekali kepada dukun berikut prakteknya Ingat pahami Faranormal dan Spiritual mu (Spirituality )


Semoga Allah Azza Wajalla menghiasi hati kita dengan keindahan iman dan kemuliaan akhlak  serta Qalbu selalu bersinar .

Aamiin Allahuma Aamiin







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah yang menarik


jadwal-sholat

Instagram