HATI dan KALBU berbedakah?


Sebelum keingin tahuan kita lebih dalam mari kita sama-sama telaah arti dari;

HATI  juga sering kali terjemahan sebagai ‘heart’ (Inggris) yang bermakna jantung, karena itu bentuknya sering digambarkan seperti jantung (♥).





Hati digunakan sebagai terjemahan ‘qalb’ (Arab) meskipun bahasa Arab menyebut hati ‘kibd’.
Hati digunakan sebagai terjemahan ‘heart’ (Inggris) yang sebenarnya adalah jantung.
Lalu hati juga digunakan sebagai terjemahan dari ‘liver’ (Inggris) atau ‘hephar’ (Latin). Sedangkan ,


QALBU harus ditulis dengan huruf ‘q’ karena teks Arabnya menggunakan huruf (qaf).
Di Indonesia banyak orang menuliskannya dengan huruf ‘k’ sehingga menjadi kalbu.
Padahal ‘k’ adalah transliterasi dari (kaf) dan kalau ditulis (kalbu) maknanya adalah anjing??

Jadi jauh benar bedanya antara qalbu (hatinurani) dengan kalbu (anjing). salah kafrah ya kita ini??

Sebagian orang menerjemahkan qalbu dengan “hati”. Padahal hati (Inggris: liver) adalah organ tubuh yang ada di kanan dada dan fungsinya menyaring racun atau penyakit dari darah.

Dalam Bahasa Arab hati disebut dengan ‘kibdun’ atau ‘kibdatun’.
Bahasa Arab `Amiyah menyebutnya ‘kabid’. Jadi orang Arab tidak pernah memahami  sebagai hati atau liver.

Jadi sebenarnya apa itu hati, apa itu qalbu? ?

Dua Macam Qalbu :

1. QALBU JASMANI yaitu jantung,
Ada hadits tentang qalbu yang sangat populer di masyarakat, sering diucapkan oleh para ustadz dan muballigh dalam ceramah-ceramah mereka.
Tapi sayangnya orang kurang cermat memahami makna qalbu pada hadits ini.

a) Abu Nu`aym menceritakan bahwa Rasulullah saw. berkata:
Sesungguhnya di dalam jasad ada sebongkah daging; jika ia baik maka baiklah jasad seluruhnya, jika ia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya,
Bongkahan daging itu adalah QALBU”.

b) Hadits di atas jelas menyebut qalbu sebagai bongkahan daging (benda fisik) yang terkait langsung dengan keadaan jasad atau tubuh manusia.
Bongkahan daging mana yang kalau ia sakit atau rusak maka seluruh jasad akan rusak?

c) Bahasa Arab mengenal qalbu dalam bentuk fisik yang di dalam kamus didefinisikan sebagai ‘organ yang sarat dengan otot yang fungsinya menghisap dan memompa darah, terletak di tengah dada agak miring ke kiri’.
Jadi, qalbu adalah jantung.
Dokter qalbu adalah dokter jantung??

Jantung adalah bongkahan daging yang kalau ia baik maka seluruh jasad akan baik atau sebaliknya kalau ia rusak maka seluruh jasad akan rusak.

2. QALBU ROHANI, yaitu hati nurani
Ada juga jenis qalbu yang kedua, sebagaimana digambarkan dalam hadits berikut:
Sesungguhnya orang beriman itu, kalau berdosa, akan akan terbentuk bercak hitam di qalbunya. (HR Ibnu Majah) .

Jadi kalau banyak dosa qalbu akan dipenuhi oleh bercak-bercak hitam, keseluruhan qalbu bisa jadi menghitam.

Apakah para penjahat jantungnya hitam?
Apakah para koruptor jantungnya hitam?
Tanyakanlah kepada para dokter bedah jantung.

Apakah jantung orang-orang jahat berwarna hitam? 
Mereka akan katakan tak ada jantung yang menghitam karena kejahatan dan kemaksiatan yang dibuat.
Lalu apa maksud hadits Nabi di atas?

Qalbu yang dimaksud dalam hadits itu adalah qalbu ruhani.
Ruh (jiwa) memiliki inti, itulah qalbu.
Karena ruh (jiwa) adalah wujud yang tidak dapat dilihat secara visual (intangible),
maka qalbu yang menjadi inti (sentral) ruh ini pun qalbu yang tidak terlihat mata.

Dalam bahasa Indonesia ‘qalbu ruhani’ disebut dengan ‘hatinurani’. Mungkin karena dianggap terlalu panjang dan menyulitkan dalam pembicaraan, maka orang sering menyingkatnya menjadi ‘hati’ saja.

Padahal ada perbedaan besar antara ‘hati’ dengan ‘hatinurani’ sebagaimana berbedanya ‘mata’ dengan ‘mata kaki’.
Rupanya, istilah qalbu mirip dengan heart dalam bahasa Inggris, sama-sama memilki makna ganda.

Heart dapat bermakna jantung (heart attack, serangan jantung) dapat juga bermakna hatinurani (you’re always in my heart, kamu selalu hadir  hatinuraniku).

Maka apabila mendengar perbincangan tentang qalbu perhatikanlah konteksnya.

Kalau yang berbicara adalah dokter medis, tentu qalbu yang diucapkannya lebih bermakna jantung.
Jantung adalah bongkahan daging yang kalau ia baik maka seluruh jasad akan baik atau sebaliknya kalau ia rusak maka seluruh jasad akan rusak.

2. Qalbu ruhani, yaitu hati nurani. Ada juga jenis qalbu yang kedua, sebagaimana digambarkan dalam hadits berikut: “Sesungguhnya orang beriman itu, berdosa, akan akan terbentuk bercak hitam di qalbunya”. (HR Ibnu Majah) Jadi kalau banyak dosa qalbu akan dipenuhi oleh bercak-bercak hitam,bahkan keseluruhan qalbu bisa jadi menghitam.

Apakah para penjahat jantungnya hitam?

Apakah para koruptor jantungnya hitam?

Tanyakanlah kepada para dokter bedah jantung,
Apakah jantung orang-orang jahat berwarna hitam?
Mereka akan katakan tak ada jantung yang menghitam karena kejahatan dan kemaksiatan yang dibuat.

Lalu apa maksud hadits Nabi di atas?
Qalbu yang dimaksud dalam hadits itu adalah qalbu ruhani. Ruh (jiwa) memiliki inti, itulah qalbu.
Karena ruh (jiwa) adalah wujud yang tidak dapat dilihat secara visual (intangible) maka qalbu yang menjadi inti (sentral) ruh ini pun qalbu yang tidak kasat mata. Dalam bahasa Indonesia ‘qalbu ruhani’ disebut dengan ‘hatinurani’.

Mungkin karena dianggap terlalu panjang dan menyulitkan dalam pembicaraan, maka orang sering menyingkatnya menjadi ‘hati’ saja.

Padahal ada perbedaan besar antara ‘hati’ dengan ‘hatinurani’ sebagaimana berbedanya ‘mata’ dengan ‘mata kaki’.
Rupanya, istilah qalbu mirip dengan heart dalam bahasa Inggris, sama-sama memilki makna ganda. Heart dapat bermakna jantung (heart attack, serangan jantung) dapat juga bermakna hatinurani (you’re always in my heart, kamu selalu hadir di hatinuraniku).

Maka apabila mendengar perbincangan tentang qalbu perhatikanlah konteksnya. Kalau yang berbicara adalah dokter medis, tentu qalbu yang diucapkannya lebih bermakna jantung.

Tapi bila dikaitkan dengan perbincangan tentang moral, iman atau spiritualitas >> Memahami spiritual medicine.

Maka maknanya lebih mengarah pada hatinurani yang wujudnya ruhaniah.
Qalbu orang yang berdosa akan menghitam.
Ungkapan ‘menghitam’ di sini adalah ungkapan perumpamaan (majâzi, metaphoric) bukan ungkapan sesungguhnya (haqîqi).

Namun bukan berarti karena dosa tak kan nampak bekas-bekas fisiknya lalu kita akan seenaknya saja berbuat dosa. Na`ûdzubillâh min dzâlik…

Manusia sering kali melakukan sesuatu atas dasar hawa nafsunya yang mengakibatkan perbuatan tersebut berdampak negative ditengah-tengah masyarakat.

Untuk menghindari penyesalan diakhir perbuatan yang akan dilakukan, maka seyogyanya bertanyalah pada hati kecil, baik dan buruknya perbuatan tersebut.
Oleh karena itu setiap manusia dituntut untuk memahami hatinya atau bahasa lain adalah "Qolbu".

"Qolbu" : Menurut Syekh Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Ali al-Husaini al-Jurjaniy didalam kitabnya "at-Ta'rifat" : Qolbu adalah sifat lembutnya Ketuhanan yang terdapat dalam jiwa manusia.

Dalam hadis Rasulullah Saw: Dari Nu'man bin Basyir berkata: saya mendengar Rasulullah Saw. Bersabda:

ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب   ...

Artinya: " Ketahuilah,sesungguhnya dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila dia baik maka jasad tersebut akan menjadi baik, dan sebaliknya apabila dia buruk maka jasad tersebut akan menjadi buruk, Ketahuilah segumpal daging tersebut adalah "Qolbu" yaitu hati ". (Hadis Riwayat Bukhor ).

Jika kita pahami secara mendalam hadis tersebut, maka hati sangat berperan dalam kehidupan jiwa manusia, karena hati yang bersih akan melahirkan jiwa yang bersih dan selalu taat serta tunduk terhadap  Sang Maha Sempurna.

Sebaliknya jiwa yang kotor disebabkan karena jiwa tersebut memiliki hati yang tidak baik dan selalu melanggar aturan yang telah digariskan oleh Allah Swt.

Tanda-tanda hati yang kotor atau sakit.
Fitrah manusia adalah suci dan bersih dalam menjalankan perintah agama,namun terkadang dalam perjalanan kehidupannya, manusia sering lupa dan lalai serta terjerumus dalam sifat-sifat "syaithoniyah".

Untuk mengenal lebih jauh.
Adanya sifat nifaq ( Munafik ) dalam jiwa manusia, mari kita renungkan firman Allah Swt. Dalam surat al-Baqarah :

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ . يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ .فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ .

Artinya : " Dan diantara manusia ada yang berkata " kami beriman kepada Allah dan hari akhir ", padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.
Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari.
Dalam hati mereka ada penyakit ( Nifaq ), lalu Allah Azza Wa Jalla menambah penyakitnya itu, dan mereka mendapat adzab yang pedih, karena mereka berdusta ". ( QS.al-Baqarah : 8-10 ).

Jika kita perhatikan ayat-ayat tersebut, maka sifat munafik akan menjadikan hati manusia bertambah kotor dan rusak, karena pada dasarnya manusia yang memiliki sifat nifaq akan terlihat diluar dirinya manis akan tetapi dalam dirinya memiliki sifat-sifat syaithoniyyah, apa saja sifat-sifat tersebut,

Syekh az-Zamakhsyari dalam kitab tafsirnya "al-Kassyaf", 
menggambarkan hati yang sakit karena sifat nifaq dalam diri manusia adalah selalu condong untuk berbuat maksiat kepada Allah Swt.

Sedangkan Syekh Abu Zahrah dalam kitab tafsirnya "Zahratu at-Tafasir", bahwasanya hati akan menjadi keras karena sifat nifaq yang selalu menanamkan kedengkian dan selalu menghinakan orang-orang yang beriman.
Penyakit hati tersebut menurut beliau tidak ada obatnya, na'udzubillah.

Membersihkan hati yang kotor Ketika manusia sudah mulai malas beribadah kepada Allah Azza Wa Jalla.

Maka sebaiknya bersegeralah beristighfar untuk mendapatkan ampunan dari Allah Azza Wa Jalla

Karena ketika kita membiarkan diri kita jauh dari Allah Azza Wa Jalla maka hati sedikit demi sedikit akan kotor dan jika tidak segera di obati hati tersebut akan mengeras, sebagaimana di isyaratkan dalam al-Quran surat al-Baqarah :

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْ
ِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوَ  :

" Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga hatimu seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang airnya memancar daripadanya.
Adapula yang terbelah lalu kaluarlah mata air daripadanya. Dan adapula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah  Azza Wa Jalla Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan ". ( QS.al-Baqarah : 74 ).

Oleh karena itu untuk menghindari kerasnya hati cepatlah kembali kepada Allah Azza Wa Jalla dengan memohon ampunan dari-Nya, sebagaiman Allah Azza Wa Jalla perintahkan kepada orang-orang yang beriman

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّ هِ تَوْبَةً نَصُوحً عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَ

Wahai orang-orang yang beriman!
Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu kedalam  surga yang mengalir dibawahnya sungai- sungai , pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya, sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan disebelah kanan mereka, sambil mereka berkata,

" Ya Rabb..., sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami, sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (SQ.at-Tahrim:8)

Syekh al-Hafidz Ibnu katsir dalam kitabnya "Tafsir al-Quran al-'Adzim", menjelaskan bahwasanya seseorang yang bertobat kepada Allah Azza Wa Jalla, dia sungguh menyesali dosa-dosa yang telah ia lakukan dan tidak akan mengulanginya lagi.

Perbuatan manusia bersumber dari hatinya, maka ketika hatinya selamat dari sifat-sifat yang kotor maka perbuatan tersebut akan mencerminkan prilaku yang islami dan jauh dari maksiat kepada Allah Azza Wa Jalla.

Maka marilah sama-sama selamatkan hati kita dari sifat-sifat yang dapat menjerumuskan diri manusia kedalam jurang kehinaan didunia maupun diakherat kelak.

Karena semua yang kita miliki baik harta benda maupun keturunan kita tidak dapat menolong diri kita selamat dihari hisab nanti kecuali jiwa tersebut diiringi dengan hati yang bersih ( Qolbu as-Salim ), sebagaimana diisyaratkan oleh Allah Azza Wa Jalla dalam surat as-Syu'ara


: يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ . إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ  

Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah Azza Wa Jalla dengan hati yang bersih". (QS.as-Syu'ara: 88-89 )
Maka ketika hati setiap jiwa manusia bersih, perilaku dia akan baik pula. Ketika prilaku baik akan menghasilkan ketaatan kepada Allah Azza Wa Jalla dimanapun dia berada, dan itulah cita-cita terbesar dalam kehidupan ummat manusia.
Mudah-mudahan Allah Azza Wa Jalla.
Selalu membersihkan hati kita dari sifat-sifat kotor yang dapat menjerumuskan jiwa dan raga kita jauh dari Allah Azza Wa Jalla menuju kepada hati yang bersih dan selamat.

Aamiin Ya Rabbal 'Alamin.

Terbuka Mata Hati memperlihatkan kepada Hamba hampirnya Allah Azza WA Jalla.
PENYAKSIAN MATA HATI memperlihatkan kepada Hamba akan ketiadaan Hamba disamping Wujud Allah Azza Wa Jalla.

PENYAKSIAN HAKIKI MATA HATI 
Memperlihatkan kepada hamba Hanya Allah Azza Wa Jalla yang wujud, tidak terlihat lagi ketiadaan hamba dan Wujud.

Apabila hati sudah menjadi bersih maka hati akan menyinarkan cahayanya.
Cahaya hati ini dinamakan Nur Kalbu. Ia akan menerangi akal lalu akal dapat memikirkan dan merenungi tentang hal-hal ketuhanan yang menguasai alam dan juga dirinya sendiri.

Renungan akal terhadap dirinya sendiri

  • Membuatnya menyedari akan perjalanan hal-hal ketuhanan yang menguasai dirinya. 
  • Kesadaran ini membuatnya merasakan dengan mendalam betapa hampirnya Allah Azza WA Jalla dengannya. 
  • Lahirlah di dalam hati nuraninya perasaan bahawa Allah Azza WA Jalla senantiasa mengawasinya. 
  • Allah Azza WA Jalla melihat segala gerak-gerinya, mendengar pertuturannya dan mengetahui bisikan hatinya. 
  • Jadilah dia seorang Mukmin yang cermat dan berwaspada.


Di antara sifat yang dimiliki oleh orang yang sampai kepada martabat Mukmin ialah:

  1. Cermat dalam pelaksanaan hukum Allah Azza WA Jalla
  2. Hati tidak cenderung kepada harta, berasa cukup dengan apa yang ada dan tidak sayang membantu orang lain dengan harta yang dimilikinya.
  3. Bertaubat dengan sebenarnya (taubat nasuha) dan tidak kembali lagi kepada kejahatan.
  4. Rohaninya cukup kuat untuk menanggung kesusahan dengan sabar dan bertawakal kepada Allah Azza WA Jalla
  5. Kehalusan kerohaniannya membuatnya berasa malu kepada Allah Azza WA Jalla dan merendah diri kepada-Nya.


Orang Mukmin yang taat kepada Allah Azza Wa Jalla, kuat melakukan ibadat, akan meningkatlah kekuatan rohaninya.

  • Dia akan kuat melakukan tajrid yaitu menyerahkan urusan kehidupannya kepada Allah Azza Wa Jalla Dia tidak lagi khawatir terhadap sesuatu yang menimpanya, walaupun bala yang besar.
  • Dia tidak lagi meletakkan pergantungan kepada sesama makhluk. Hatinya telah teguh dengan perasaan reda terhadap apapun jua yang ditentukan Allah Azza Wa Jalla untuknya.


- Bala tidak lagi menggugat imannya dan nikmat tidak lagi menggelincirkannya. Baginya bala dan nikmat adalah sama yaitu takdir yang Allah Azza WA Jalla tentukan untuknya.
- Apa yang Allah Azza WA Jalla takdirkan itulah yang paling baik.

Orang yang seperti ini senantiasa di dalam penjagaan Allah Azza Wa Jalla kerana dia telah menyerahkan dirinya kepada Allah Azza WA Jalla
- Allah Azza WA Jalla kurniakan kepadanya keupayaan untuk melihat dengan mata hati dan bertindak melalui Petunjuk Laduni, tidak lagi melalui fikiran, kehendak diri sendiri atau angan-angan. Pandangan mata hati kepada hal ketuhanan memberi kesan kepada hatinya (kalbu).
- Dia mengalami suasana yang menyebabkan dia menafikan kewujudan dirinya dan diisbatkannya kepada Wujud Allah Azza WA Jalla .
- Suasana ini timbul akibat hakikat ketuhanan yang dialami oleh hati..
Dia berasa benar-benar akan keesaan Allah Azza WA Jalla bukan sekadar mempercayainya.

"Ya Rabb ... beri ampunan kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman;

"Ya Rabb..., sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10)

“Ya Rabb ... berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.


Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imraan: 103) .

Apabila hati kita telah demikian maka bersyukurlah kepada Allah Azza WA Jalla dengan mempertahankannya dan memeliharanya agar dapat Istiqomah.

Namun sebaliknya bila tanda-tanda ini belum ada maka hendaknya banyak lagi bertaubat.


SubhanALLAH

Nara sumber ;

Al Qur'an dan Hadist

Marifatullah


#SpiritualMedicine






Bacalah yang menarik


jadwal-sholat

Instagram